About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Senin, 03 Juni 2013

MAKALAH MANAJEMEN KURIKULUM


MAKALAH
MANAJEMEN KURIKULUM

Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
 

Disusun Oleh :
Galih Prismasari Shillahaque
Pendidikan Kimia A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur teruntuk Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Profesi Kependidikan dengan judul  “MANAJEMEN KURIKULUM “ dengan baik.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak pihak-pihak yang membantu, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.




Surakarta,  17 Mei 2013



       Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu yang dimiliki oleh seorang manusia itu kuantitas dan kualitasnya berbeda.Ilmu itulah yang dapat mengangkat derajat dan kehormatan manusia. Ilmu dapat diperoleh dimana saja melalui proses pembelajaran. Pada proses secara umum lebih menekankan pada pendidikan. Pendidikan itu terfokus pada interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan.Interaksi pendidikan itu dapat berlangsung secara formal seperti di sekolah atau secara informal seperti pada keluarga, pada masyarakat maupun di lingkungan.
Dewasa ini, ilmu dan teknologi berkembang sangat pesat. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kurikulum haruslah bisa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang setiap saat selalu berkembang.  Pelaksanaan proses interaksi itu terutama di sekolah dilakukan secara berencana yaitu dengan dibuatnya kurikulum. Kurikulum adalah hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh pendidik maupun calon pendidik. Dengan pendidik mengetahui kurikulum, maka pelaksanaan pembelajaran disekolah akan berlangsung dengan baik. Dalam hal ini mengetahui tentang kurikulum saja tidaklah cukup. Pendidik maupun peserta didik harus memahami tentang konsep dasar kurikulum, cara mengorganisasikan kurikulum, dan melaksanakan kurikulum, dan mengembangkan kurikulum.
Untuk mengetahui dan memahami lebih lengkap tentang kurikulum maka kami membuat makalah ini dengan menggabungkan dari berbagai sumber. Diharapkan dengan demikian calon pendidik atau pendidik dapat lebih memahami tentang apa yang dimaksud dengan kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar kurikulum, pengorganisasian kurikulum, tatalaksana kurikulum, dan pengembangan kurikulum.
B.     Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Apa yang dimaksud dengan manajemen kurikulum?
2.      Apakah fungsi dari manajemen kurikulum?
3.      Apakah tujuan dari manajemen kurikulum?
4.       Apakah komponen dari kurikulum?
5.       Bagaimanakah pengorganisasian dan pola penyusunan kurikulum?
6.       Apakah prinsip dari manajemen kurikulum?
7.       Bagaimanakah proses dari manajemen kurikulum?
8.       Bagaimanakah ruang lingkup dari manajemen kurikulum?
 9.      Apakah faktor pendukung dan penghambat dari proses manajemen kurikulum?
   10.      Apakah tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum?


C.    Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari manajemen kurikulum
2.      Untuk mengetahui fungsi dari manajemen kurikulum
3.      Untuk mengetahui tujuan dari manajemen kurikulum
4.       Untuk mengetahui komponen dari kurikulum
5.       Untuk mengetahui pengorganisasian dan pola penyusunan kurikulum
6.       Untuk mengetahui prinsip dari manajemen kurikulum
7.       Untuk mengetahui proses dari manajemen kurikulum
8.       Untuk mengetahui ruang lingkup dari manajemen kurikulum
     9.       Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari proses manajemen kurikulum
 10.         Untuk mengetahui tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen Kurikulum

Untuk memahami arti dari manajemen kurikulum maka dapat diuraikan dulu makna masing-masing kata, yakni “manajemen” dan “kurikulum”.
Pengertian manajemen
Berikut adalah beberapa pengertian manajemen menurut beberapa sumber :

Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia dan sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (Hamalik Oemar, 2008:28).

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode,  material, mesin dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses. (Rohiat. 2010, Teori Dasar dan Praktik.Bandung : PT Refika Aditama)

Menurut Hasibuan, manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Stoner, seperti yang dikutip Fachruddin mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.

Gordon (1976) dalam Bafadal (2004:39), menyatakan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.

Harold Koontz & O’Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain.

Ensiclopedia of The Social Sciences, manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi. 

Pengertian kurikulum
Berikut adalah beberapa pengertian kurikulum menurut beberapa sumber :

Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno.Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. (Zainal Arifin, ,Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2011)


Kamus Webster’s New International Dictionary (1953) memberikan arti kurikulum sebagai berikut : “… a specified fixed course of study, as in school or college, as one leading to a degree.” Pengertian ini memandang bahwa kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat pendidikan.

Menurut Supandi, Kurikulum adalah sebagai suatu perangkat pelbagai mata pelajaran yang harus dipelajari siswa, batasan ini nampak jelas pada kurikulum 1968 Dikdasmen.

Romine, “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities and experiences which pupils have under the direction of the school, wether in the classroom or not.” Kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruangan kelas saja, melainkan mancakup juga kegiatan di luar kelas.Karena itu menurut pandangan modern kegiatan intra kulikuler dan ekstra kulikuler tidak ada pemisahan yang tegas, semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan bagi siswa adalah kurikulum.

Alice Miel, “Curriculum in composed of the experiences children undergo, it fallows as a corolary that the curriculum is the result of interaction of a complexity of factors, including the physical environment and the desires, beliefs, knowledge attitudes, and skill of the person served by and serving the school, namely, the learners, community adults, and educators (not forgetting the custodians, clerks, secretaries and other non teaching amployees of the school). (Wiryokusumo, Iskandar. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bina Aksara)

Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa (Hamalik, Oemar 2008:10)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) Kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara itu, Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school).(Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada)

Nengky and Evars (1967), Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan dan dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.

Inlow (1966), Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja.Kurikulum menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran.

Saylor (1958), Kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk memengaruhi proses belajar mengajar baik langsung dikelas, tempat bermain, atau diluar sekolah.

William B. Ragan, Kurikulum ialah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

Robert S. Flaming, pendapat Flaming sama dengan Ragan, yaitu kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan seluruh pengalaman belajar anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

David Praff, Kurikulum ialah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan.

Kelly, “All the lerning which is planned and guided by the school, whether it is carried on in groups or individually, inside, or outside the school.”Yakni bahwa kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk merancang dan mempengaruhi siswa agar dapat belajar secara kelompok atau mandiri, baik dilakukan dalam ruangan kelas maupun diluar sekolah.

Blenkin, “Curriculum is a body of knowledge-content and/or subjects. Education in this sense, is the process by which these are transmitted or ‘delivered’ to students by the most effective methods that can be devised.” Yaitu bahwa kurikulum adalah suatu badan pengetahuan – materi dan/atau subjek pengetahuan itu sendiri. Pendidik dalam pengertian ini adalah proses dimana pengetahuan tersebut ditularkan atau ‘disampaikan’ kepada siswa dengan metode yang paling efektif yang dapat dibuat atau dirancang.

Sedangkan Hamid Hasan (1988)
mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1)         Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2)         Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3)         Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4)         Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Sementara itu, Purwadi (2003)
memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam hal ini pengertian manajemen kurikulum setidaknya meliputi:
1.         Manajemen kurikulum dan program pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. (E Mulyasa, 2006 : 40)
2.         Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. (Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, 2009:131)
3.         Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar masyarakat memiliki sekolah.Sehingga terbentuk program sekolah dengan masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu dan mengontrol implemetasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah lain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan rioritas kurikulum, melaksanaan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah. (Tim dosen administrasi pendidikan UPI, 2010:191)
Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis organisasi kurikulum yaitu:
·      Kurikulum Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di mana bahan pelajaran disajikan secara terpisah – pisah seolah – olah ada batas antara bidang studi dan antara bidang studi yang sama di kelas yang berbeda.
·      Kurikulum Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu kurikulum yang menunjukan adanya hubungan antara mata pelajarah yang satu dengan yan lain. Seperti IPS (gabungan dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi ), IPA (gabungan dari Fisika, Biologi, Kimia).
Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas – batas antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran tersebut terdapat keterpaduan mata pelajaran serta menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik.
Pengertian manajemen kurikulum
Berikut adalah beberapa pengertian manajemen kurikulum menurut beberapa sumber :

Manajemen Kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.(Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada)

Menurut Ibrahim Bafadhal, Manajemen Kurikulum pada tingkat kanak-kanak merupakan pengaturan semua kegiatan belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang pelaksanaannya sudah terorganisasi, dan terstruktur. Hal ini bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
Manajemen Kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran dengan dititik beratkan pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.

Manajemen Kurikulum adalah proses kerjasama dalam pengolahan kurikulum agar berguna bagi lembaga untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Manajemen Kurikulum merupakan suatu sistem kurikulum yang berorientasi pada produktivitas dimana kurikulum tersebut beriorientasi pada peserta didik, kurikulum dibuat sebagaimana dapat membuat peserta didik dapat mencapai tujuan hasil belajar.

Manajemen Kurikulum adalah pemberdayaan dan pendayagunaan manusia, materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan anak didik menjadi kompeten dalam berbagai kehidupan yang dipelajarinya.

Manajemen Kurikulum adalah upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
 Beberapa ungkapan dalam kurikulum sebagai berikut :
 1)      Intrakurikuler
Yang dimaksud dengan intrakurikuler adalah kegiatan proses belajar-mengajar yang dilakukan sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang terdapat dalam Silabus.
 2)      Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran dengan tujuan untuk lebih memperdalam apa yang telah dipelajarin pada kegiatan intrakuri kuler.
Contoh :Siswa disuruh membuat kliping, mengumpulkan berbagai bahan belajar tentang suatu materai pelajaran.
 3)      Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakurikuler dan kokurikuler.dengan tujuan memperluas pengetahuan siswa.
Contoh :Pramuka, PMR, Pecinta Alam, dan sebagainya.
A.       Fungsi Manajemen Kurikulum
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :
1.      Planning (perencanaan)
2.      Organizing (pengorganisasian)
3.      Actuating (pelaksanaan)
4.      Controlling (pengawasan)
Penjelasannya sebagai berikut :

1.    Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
a)   Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
b)   Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama.
c)   Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran.
d)  Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat.
e)   Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi.
f)    Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi.
g)   Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
h)   Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
i)     Menghemat waktu, usaha dan dana
2.    Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :
a)   Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
b)   Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja
c)   Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
d)  Organisasi harus mencerminkan rentangan control
e)   Organisasi harus mengandung kesatuan perintah
f)    Organisasi harus fleksibel dan seimbang.

3.    Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
a)   Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
b)   Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
c)   Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak,
d)  tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
e)   Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

4.    Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib.Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
Selain itu kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi antara lain :
a.       Fungsi untuk mencapai tujuan pendidikan :
1)      Tujuan Nasioanl
2)      Tujuan Pembangunan Nasional
3)      Tujuan Pendidikan Nasional
4)      Tujuan Institusional
5)      Tujuan Kurikulum
6)      Tujuan Pembelajaran Umum (SK/KD)
7)      Tujuan Pembelajaran Khusus (Indikator)
b.      Fungsi untuk peserta didik :
       Memberi bekal untuk hidup di masyarakat dan untuk melanjutkan pelajaran.
c.       Fungsi untuk guru :
Sebagai pedoman dalam menyusun kegiatan belajar-mengajar sebagai tolok ukur  menilai tingkat kemampuan dan tingkat daya serap, pengalaman belajar yang di berikan guru.
d.      Fungsi bagi kepala sekolah :
      Sebagai administrator dan supervisor dalam mengelola sekolah dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
e.       Fungsi bagi orang tua :
       Dalam hal membimbing cara belajar siswa di rumah.
f.       Fungsi bagi masyarakat :
       Untuk mewujudkan harapan masyarakat pada sekolah.
g.      Fungsi bagi pemakai lulusan :
      Sebagai anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan Sosial budaya dan alam sekitarnya (PP No.29/1990 Pasal 2 ingat juga pasal 3 ayat 1 PP No.29/1990 )

      Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut :
a.       Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
b.      Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
c.       Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
d.      Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
e.        Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
f.       Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan daerah setempat.(Tim dosen administrasi pendidikan UPI, 2010:192-193)

C.       Tujuan Manajemen Kurikulum
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1)      Kurikulum sebagai suatu ide,adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2)      Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3)      Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
4)      Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan dokumen perencanaan yang mencakup:
a.       Tujuan yang harus diraih
b.      Isi dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
c.       Strategi dan cara yang dapat dikembangkan
d.      Evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan
e.       Penerapan dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen,    implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. (Wina Sanjaya, 2008). Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
C.       Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen tersebut ialah :
1.      Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan.Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau system nilai yang dianut masyarakat.Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.Misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia ialah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi, dari tujuan yang sangat umum sampai tujuan yang sangat khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat:
a.       Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang besifat paling umum dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan , artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia sesuai rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggara oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun non formal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dari filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang.TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas Tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal 3, bahwa pendidikan nasional yang befungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.
b.      Tujuan Instusional (TI)
Tujuan Instusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kulifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh pendidikan di suatu lembaga tertentu. Tujuan Instusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan oleh jenjang pendidikan seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.
c.       Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi.Oleh sebab itu tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.Dengan demikian setiap tujuan kurikuler harus mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan instusional.Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi matematika di SD, tujuan pembelajaran IPS di SLTP dan lain sebagainya.Dalam kurikulum yang berpotensi pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler menggambarkan standar isi setiap mata pelajaran yang harus dikuasi oleh peserta didik pada setiap satuan pendidikan.Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau sekarang lebih popular dengan tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang paling khusus.
d.      Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam sekaqli pertemuan.Karena hanya guru yang memahami karakteristik siswa yang akanmelakukan pembelajaran disuatu lembaga pendidikan, maka menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar (PBM), guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasasi oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives yang terbit tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bagian), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.      Komponen Isi/ Materi Pembelajaran
Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh anak didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek yang berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terdapat pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan dari semua aspek tersebut.
3.      Komponen Metode
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metode yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap pokok bahasan.  Dalam posisi ini guru hendaknya tidak menerapkan satu metode saja, tapi guru dapat menerapkan berbagai macam metode agar PBM berlansung dengan menyenangkan dan mencapai sasaran yang direncanakan.Dengan demikian rencana ytang sudah disusun dapat diterapkan secara optimal.
4.      Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Oliva,1988). Proses tersebut meliputi perencanaan implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut maka dalam konteks pengembangan kurikulum i, evaluasi merupakan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum irui sendiri.Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak; bagian-bagian mana yang harus disempurnakan.  Evaluasi merupakan komponen-komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.Dalam konteks kurikulum evaluasi itu dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan sudah tercapai atau belum, atau evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif.

C.       Pengorganisasian dan Pola Penyusunan Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject matter) kurikulum yang berdasarkan korelasi antara mata pelajar (correlated curriculum). Kurikulum yang merupakan satuan bidang-bidang tertentu (broadfield curriculum). Kurikulum yang tanpa batas mata pelajaran (integrated curriculum).
Untuk pola penyusunan kurikulum,  ada 3 asas yang menjadi tujuan dalam menyusun pola kurikulum :
1)   Asas filosofis :
    Membicarakan sosok manusia yang hendak dibentuk melalui kurikulum yang diajarkan .
2) Asas psikologis:
Yang mejadi dasar dalam menetapkan ruang lingkup (scope) dan tata urutan atau ke dalaman suatu kurikulum.Materi kurikulum di susun sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa peserta didik.
3) Asas sosiologis;
Yang menjadi dasar adalah kebutuhan dan tuntutan sutu masyarakat. Kurikulum di susun sesuai  dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan untuk prinsip-prinsip dalam penyusunan kurikulum adalah sebagai berikut :
1)      prinsip berorientasi pada tujuan
2)      prinsip relevansi
3)      prinsip evektivitas
4)      prinsip efesiensi
5)      prinsip fleksibilitas
6)      prinsip sinkronisasi
Berikut adalah perkembangan kurikulum di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.             Kurikulum 1975
Kurikulum ini menganut sistem PPSI dan berorentasi pada tujuan.
b.            Kurikulum 1984
Kurikulum ini disebut kurikulum yang disempurnakan. Ciri utama ialah
mengembangkan keterampilan proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
c.             Kurikulum 1994
Kurikulum ini bertolak pada tema,pokok bahasa atau pengembangan konsep
dan dikaitakan dalam konteks kehidupan.
d.            Kurikulum 2004
Kurikulum ini berfokus pada pendidikan yang berbasis kompetensi, sehingga pada
Tahun 2006 disempurnakan oleh satuan pendidikan, makanya disebut dengan
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
      Berikut adalah landasan penyusunan kurikulum :
1.      Landasan Konstitusional:
·         UUD 1945
·         Pembukaan alenia IV
·         Bab VII pasal 31 ayat 1 dan 2.
2.      Landasan Ideal :
·         TAP MPR RI No. II/MPR/2002 bidang pendidikan
·         UU No.2/1989
·         UU No.20/2003 tentang tentang sistem pendidikan nasional
·         PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
3.      Landasan Operasional
·         Kermendiknas Tahun 2006,2007,2008,2009

D.    Prinsip-Prinsip Manajemen Kurikulum 
Manajemen kurikulum memiliki beberapa prinsip yaitu sebagai berikut :
a)      Produktivitas
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
b)      Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c)      Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
d)     Efektifititas dan efisiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.
e)      Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun komponen kurikulum.
C.       Proses Manajemen Kurikulum
Tahapan proses manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : “perencanaan,pengorganisasian, koordinasi,pelaksanaan, pengendalian”. Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
      Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
1.      Analisis kebutuhan
2.      Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
3.      Menentukan disain kurikulum
4.      Membuat rencana induk (master plan) pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
      Tahap pengembangan;meliputi langkah-langkah :
1.      Perumusan rasional atau dasar pemikiran
2.      Perumusan visi, misi, dan tujuan
3.      Penentuan struktur dan isi program
4.      Pemilihan dan pengorganisasian materi
5.      Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
6.      Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
7.      Penentuan cara mengukur hasil belajar.
      Tahap implementasi atau pelaksanaan meliputi langkah-langkah:
1.         Penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
2.         Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
3.         Penentuan strategi dan metode pembelajaran
4.         Penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
5.         Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar
6.         Petting lingkungan pembelajaran
      Tahap penilaian:
“terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.”
 Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).
C.      Ruang Lingkup Manajmen Kurikulum
Untuk menjelaskan ruang lingkup manajenem kurikulum, harus di beri batasan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kurikulum itu. Kurikulum sendiri dapat dipahami dengan arti sempit dan arti luas.Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran.Sedangkan dalam arti luas, kurikulum adalah semua pengalaman yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada anak didik selama mengikutipendidikan. Dengan membedakan penertian-pengertian kurikulum seperti ini akan berakibat pila ruang lingkup manajemennya. Jika yang diikuti pengertian kurikulum dalam arti yang sempit, maka ruang lingkup manajemen kurikulum hanya menyangkut usaha dalam rangka melancarkan pelaksanaan jadwal pelajaran.Tetapi jika yang dianut pengertian kurikulum dalam arti luas, maka ruang lingkup manajemen bukan hanya dibatasi dalam ruang kelas, tetapi menyangkut pula kegiatan pengelolaan di luar kelas.Bahkan di luar sekolah (asalkan masih diprogramkan oleh sekolah) yang terarah pada efektifitas pelaksanaan kurikulum. Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan  kurikulum. (Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana,2009:131-132)
Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/ kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondidsi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebur merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.(Tim dosen administrasi pendidikan UPI, 2010:191-192)
D.       Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Manajemen Kurikulum
Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
1.   Faktor peserta didik dalam pengembangan kurikulum karena kurikulum dikembangkan dan didesin sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, maka pola yang digunakan berpusat pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
2.   Faktor sosial budaya dalam manajemen kurikulum karena kurikulum disesuaikan dengan tuntunan dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
3.   Faktor politik dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena politik yang melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
4.  Faktor ekonomi dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang memiliki pengaruh yang cukup besar karena faktor ekonomi yang dapat mengembangkan sekaligus mendorong pola pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mulai dari pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di sekolah-sekolah ).
5.  Faktor perkembangan teknologi dalam manajemen kurikulum karena perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum disebabkan pola fakir masyarakatpun yang semakin komplek dalam perkembangan teknologi sehingga dituntut untuk dapat melihat dan menyesuiakan dengan perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat.
Pendidikan di Indonesia di arahkan untuk menciptakan suatu individu atau masyarakat yang memiliki sikap kemandirian sehingga tertanam sebuah keterampilan dan pengetahuan yang baik yang dapat menunjang kehidupan dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya di lapangan pendidikan di Indonesia kurang terpola dengan baik dan kurang jelas arah tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu dapat dilihat dari :
1.      Ketidaksinambungan dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.
2.      Keterbatasan akan sarana dan prasarana.
3.      Lemahnya pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat kedisiplinan cukup rendah.
Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi pelajaran.
C.       Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum
Secara umum tugas dan peran kepala sekolah memiliki lima dimensi kompetensi sebagaimana termuat pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah yaitu : kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi sosial.
Standar minimal tugas dan peran seorang kepala sekolah harus melaksanakan pengenbangan sekolah oleh karena itu kepala sekolah harus tahu betul apa yang menjadi target keberhasilan dan kegiatan pengembangan sekolah yang dilakukan. Jika kepala sekolah mampu memahami tugas dan peran sebagai seorang kepala sekolah maka akan mudah dalam menjalankan tugas terutama berkenaan dengan manajemen sekolah yang akan dikembangkannya.
Tugas dan peran kepala sekolah yang berkenaan dengan manajemen kurikulum terdapat pada kompetensi manajerial, yaitu :
1.   Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan.
2.   Mengembangkan orientsi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhannya.
3.   Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pen-dayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
4.   Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif.
Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1)      Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). oleh karna itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidika atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
2)      Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut :
a.       Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
b.      Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
c.       Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
d.      Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
e.        Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
f.       Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan daerah setempat.
3)      Tujuan dasar manajemen kurikulum adalah
§  Kurikulum sebagai suatu ide
§  Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
§  Kurikulum sebagai suatu kegiatan
§  Kurikulum sebagai suatu hasil
4)      Prinsip-Prinsip Manajemen Kurikulum 
a)                  Produktivitas
b)                  Demokratisasi
c)                  Kooperatif
d)                 Efektifititas dan efisiensi
e)                  Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
5)      Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan  kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/ kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondidsi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebur merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
6)      Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Keberadaan teori kurikulum belum mantap atau dengan kata lain belum bisa dibentuk. Teori kurikulum, pada dasarnya bukanlah hal yang stabil atau mantap keberadaannya, sebagaimana diungkapkan di muka, namun is selalu berkembang mengikun perkembangan rains dan teknologi. Seperti halnya dalam mengambil keputusan praktis lainnya, teori dapat dimanfaatkan dalam pengambilan (keputusan praktik (pelaksanaan) sistem kurikulum dan sistem pendidikan yang memang memerlukan sifat elektif.

B.     Saran
1)      Manajemen kurikulum memiliki peranan penting dalam proses pendidikan yang diselenggarakan sekolah maupun pemerintah, oleh karena itu hendaknya baik pihak sekolah maupun pemerintah memperhatikan rambu-rambu dalam mengambil sebuah kebijakan dalam proses terjadinya pendidikan.
2)      Manajemen kurikulum hendaknya menjadi pegangan dan pemahaman dalam menerapkan kurikulum yang semata bukan hanya sebatas pemahaman akan tetapi di terapkan dalam kehidupan sehari-hari tentunya dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga mutu dan nilai yang menjadi patokan dalam suatu lembaga bisa terwujud dengan baik.
3)      Lembaga pendidikan semestinya dapat menghasilkan calon-calon penerus yang tinggi secara sumber daya manusianya. Oleh karena itu system pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsure pembentuk pendidikan yang unggul. Dalam hal ini, ada tiga hal penting yang harus kita perhatikan dengan baik, yaitu :
1.      Kerjasama yang terpadu antara sekolah, masyarakat, dan keluarga.
Ketiga hal ini  menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar.
2.      Kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi.
Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya.Dengan adanya kurikulum yang sering gonta ganti akhir-akhir ini, pendidikan kita jadi sedikit membingungkan, apalagi bagi masyarakat awam.
3.      Orientasi pendidikan ditujukan pada kepribadian islam  dan penguasaan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat.
Ketiga hal ini merupakan goal yang kita tuju.berorientasi pada pembentukan tsaqâfah Islam, kepribadian Islam, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan.Dalam implementasinya, ketiga hal di atas menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.
Sistem pendidikan yang sekarang ini tentunya masih perlu banyak perbaikan disana-sini dan semestinya kita memperbaharui sistem yang ada untuk kebaikan kita semua. Berusaha terus untuk menghasilkan generasi berkepribadian islam yang mampu mewujudkan kemakmuran dan kemuliaan peradaban manusia di seluruh dunia.

4)      Pengembangan Kurikulum haruslah melibatkan berbagai pihak seperti:
                                i.            Guru.
Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sangat dibutuhkan partisipasi guru terutama dalam pengembangan kurikulum. Partisipasi tersebut ditunjukkan oleh keterlibatan guru baik secara mental, fisik dalam berbagai aktivitas pendidikan khususnya dalam proses pengembangan kurikulum yang meliputi: (1) Penetapan tujuan sekolah; (2) Penetapan program pendidikan/ kurikulum sekolah; (3) Penetapan strategi pelaksanaan.
                              ii.            Kepala Sekolah.
Kualitas proses belajar mengajar merupakan kondisi yang mengarah pada keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya ditujukan pada ketercapaian tujuan pendidikan. Ketercapaian tujuan pendidikan pada suatu lembaga sekolah hanya dapat dilakukan apabila kepala sekolah memiliki kemampuan di dalam mengembangkan kurikulum sekolahnya. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab proses pendidikan di sekolah, hendaknya memiliki kemampuan di dalam mengembang­kan kurikulum sekolah yang meliputi: (1) Kemampuan merumuskan visi dan misi sekolah; (2) Kemampuan merumuskan program kurikulum dan kegiatan pendidikan; (3) Kemampuan dalam mengembangkan sarana pendidikan; (4) Kemampuan mengevaluasi keberhasilan pendidikan yang telah dilakukannya.
                            iii.            Masyarakat.
Diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dengan baik dapat berupa dukungan materil maupun spirituil. Sebab masyarakatlah yang akan menilai berhasil-tidaknya program pendidikan di sekolah. Jadi jelaslah bahwa peran serta masyarakat amat diharapkan dalam pengembangan kurikulum, agar jangan terjadi hambatan yang berarti.
Semoga tulisan ini bermamfaat bagi kita yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, dan orang-orang yang mendalami dunia pendidikan, agar kita angkat kembali citra guru di mata masyarakat. Berkaryalah terus sahabat-sahabatku ”Guru ”, berikan yang terbaik untuk anak bangsa.










DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. 2009. Manajemen Pendidika.Yogyakarta: Aditya Media  Yogyakarta
Hamalik,Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa,E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung : PT Refika Aditama
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2009, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media Yogyakarta
Tim dosen administrasi pendidikan UPI. 2010. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Zainal Arifin, ,Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2011), p. 2.,





0 komentar:

Posting Komentar